Sabtu, 31 Januari 2009

LAPORAN UNJUK PRESTASI SISWA TAHUN 2008/2009



Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah tidak henti-hentinya kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan inayah dan maunahnya kepada kita semua sehingga program pembinaan siswa berprestasi siswa Slb Negeri Semarang dapat berjalan dengan lancar.
Sehingga hasil dari bimbingan dari guru SLB Negeri Semarang para siswa yang mempunyai bakat istimewa telah dapat menunjukkan prestasi mereka dalam segala kesempatan.
Pada awlanya kita mempunyai prinsip bahwa Tuhan menciptakan makhluknya pasti tidak aka nada yang sia-sia, ada kelebihan pasti ada kelamahan-ada kelemahan juga ada kelebihan, sebab itulah tugas sebagai pendidik anak berkebutuhan khusus mencari batang-batang emas yang tertimbun lumpur dan pada akhirnya dapat menghasilakan emas murni yang tidak ternilai harganya.
Harapan kami, semoga Allah masih memberikan kekuatan dan anugerahnya kepada seluruh guru SLB negeri Semarang sehingga dapat membina dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus ini menjadi anak yang berkepribadian luhur dan berguna bagi bangsanya. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 18 Januari 2009
Wakasek Kesiswaan

Umar, SHI

PROFILL SISWA BERPRESTASI SLB NEGERI SEMARANG

Jelita Taurina Hutabarat
Meski kondisi fisik cacat, bukan berarti selalu terbelakang dan semua berakhir alias tamat. Adakalanya, penyandang cacat fisik atau mental justru menonjol di bidang-bidang tertentu. Semisal tarik suara, daya ingat yang luar biasa, dan olahraga. Tiga siswa Se­kolah Lu­ar Bi­asa (SLB) Negeri Se­marang ini membuktikan diri. Kemampuan me­reka bahkan mungkin bisa di­bilang melebihi mereka yang normal.Selepas jam sekolah Selasa (29/7) kemarin, Jelita Taurina Hutabarat, 13, tak langsung pulang. Dia justru bermandi peluh saat mengikuti ekstrakurikuler tenis meja di sekolahnya, SLBN Semarang di Kedungmundu. Gadis yang duduk di kelas I SMP Luar Biasa (LB) tersebut tangkas memukul bola dengan bet di tangannya. Beberapa kali, guru olahraga yang menjadi lawannya tampak kewalahan menandingi kemampuannya. Meski kemampuannya lumayan, dia tak pernah tahu berapa skor yang telah didapat. Cewek manis ini juga tak paham skor maksimal tercapai dan menandakan game berakhir. Saat guru olahraga menanyakan berapa skor yang telah diraih, dia menjawab sekenanya. ”Dua-dua,” ujarnya memancing gelak tawa. Padahal saat itu dia sudah mengantongi skor jauh meninggalkan lawannya.Jelita merupakan salah satu penyandang tunagrahita di sekolah tersebut. Cacat bawaan tersebut membuat intelegensianya selalu di bawah 50. Akibatnya, siswa kelas C 1 (mampu latih) tersebut bahkan tak bisa menjawab soal perhitungan yang paling sederhana sekalipun.Meski begitu, Jelita punya bakat istimewa di pingpong. Dia baru saja meraih juara I tenis meja putri antarsiswa SLB se-Jateng. Sebelumnya, dia juga meraih predikat yang sama di tingkat Indonesia bagian timur. Kemampuan Jelita tersebut diketahui secara tak sengaja. “Saat ikut pelajaran olahraga dia terlihat luwes memegang bet. Saat diajari tenis meja, ke­mampuannya cepat sekali ber­kembang,” ujar Kepala SLBN Semarang Ciptono.Walaupun kemampuan akademisnya rendah, prestasinya di bidang olahraga tersebut terus diasah pihak sekolah. Ciptono mengaku pihaknya sidah mem­berikan robot tenis meja yang bisa mengeluarkan bola secara otomatis sebagai lawan tanding. “Saya optimistis bila bakatnya terus diasah, dia bisa mewakili Indonesia,” ungkapnya.

Ivan Adi Nugroho
Bakat khusus di bidang olahraga juga dimiliku Ivan Adi Nugroho, 18 siswa SMA LB kelas II yang menyandang tunarungu. Ivan yang bertubuh atletis tersebut baru saja menjadi juara I lompat jauh pada Porseni SLB tingkat Jateng. Pada 31 Juli nanti dia akan berangkat ke Jakarta guna mewakili Jateng dalam Pekan Olah Raga (POR) anak cacat seluruh Indonesia. “Kemarin lompatannya bisa 5, 47 meter. Besok di Jakarta Insya Allah bisa lebih jauh lagi,” ucapnya terbata-bata saat ditanya Radar Semarang. Komunikasi dengan Ivan beberapa kali harus dibantu gurunya dengan bahasa isyarat. Bila dia tak tahu maksudnya, tanya jawab dilakukan dengan mengetik pesan singkat di ponsel. Ivan kemudian menjawab dengan cara yang sama. Dia mengatakan sudah membelanjakan uang hadiah juara lomba untuk membeli sepatu baru. “Harganya Rp 200 ribu,” ujar anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut.Sejak masuk sekolah luar biasa, Ivan mempunyai kemampuan yang menonjol di bidang atletik. Saat berlari, dan melompat dia terlihat lincah sekali. Sadar akan kemampuannya, pihak sekolah memolesnya. Pada kejuaraan di Jakarta nanti, sekolah kembali berharap dia mengukir prestasi.
Selain itu Ivan Adi Nugraha Juga mempunyai bakat modeling dan Pantomim dan bakatnya itu sudah di tunjukkan kepada masyarakat pada beberapa event penting tingkat daerah.

Kharisma Rizky Pradana
Kemampuan khusus di bidang lain dimiliki Kharisma Rizky Pradana, 9, ssiswa kelas 4 yang menderita autisme sejak lahir. Meski autis, Kharisma yang masuk di kelas dengan kurikulum SD umum ini dikaruniai daya ingat yang luar biasa. Dia hafal ratusan lirik lagu mulai dari lagu anak-anak, pop, dangdut, hingga campursari. Kemampuannya beberapa waktu lalu ditorehkan di Museum rekor Indonesia (Muri) sebagai penyandang autisme yang hafal 250 lagu. Kini koleksi lagu yang dihafal diklaim sudah mencapai 400 lagu.Saat Radar Semarang mengetesnya dengan meminta menyanyikan lagu-lagu populer, anak pasangan Sumirin-Dyah Puji Lestari ini hafal di luar kepala. Mulai dari tembang Main Hati milik Andra and The Backbone, Doi milik Kangen Band, hingga lagu campursari Siti Badriyah. Bocah yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak ini juga hafal nama-nama menteri, dan mampu menirukan pidato gurunya saat membuka suatu acara secara lengkap.Padahal, Kharisma sempat beberapa kali ditolak saat mendaftar di SD umum. “Dia ditolak karena di sekolah selalu usil, tak bisa diam, dan mengobrak-abrik ruang kepala sekolah,” ungkap Ciptono. Bocah hiperaktif itupun lalu didaftarkan di SLB dan menjalani terapi okupasi untuk konsentrasi dan terapi wicara agar tak selalu membeo. “Karena di kelas suka nyanyi sambil membuat musik dengan mengetuk-ngetuk meja, dia diarahkan ke bidang seni musik.” Sebelum jadi seperti sekarang, penanganan terhadap Kharisma cukup susah. “Sering dia nyanyi di bawah meja, sambil tiduran, bahkan saat tampil di mal, miknya dibawa lari masuk toko,” paparnya.Dyah Puji Lestari, ibu Kharisma menambahkan anaknya sudah bisa membaca dengan lancar di usia 2 tahun tanpa ada yang mengajari. “Dia juga sudah pintar browsing di internet sendiri,” papar dia.

Lasella
Gadis kelas VI ini sangat anggun dan cantik bahkan tidak terlihat sedikitpun kalau dia sekolah di SLB Negeri Semarang. Namun demikian dia mempunyai kelebihan untuk lenggak - lenggok di catwalk sebagai modeling, bahkan dia menjadi juara III modeling tingkat karesidenan Semarang. Selain itu lasella juga mempunyai prestasi dibidang menari, bahkan sudah tiga tarian yang sudah dikuasai dan sudah dipertunjukkan dibanyak kegiatan keluar.

Jumat, 30 Januari 2009

Aku Tidak Lebih Dulu ke Surga

•Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada disekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan. Aku masih bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini, dan buat apa semua manusia dikumpulkan. Mungkinkah, ah aku tidak mau mengira-ngira.
•Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah kukenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku. "Inilah yang disebut Padang Mahsyar," suaranya begitu menggetarkan jiwaku. "Bagaimana ia bisa tahu pertanyaanku," batinku. Aku menggigil, tubuhku terasa lemas, mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang kukenal.

Kamis, 29 Januari 2009

PELAKSANAAN MANAJEMEN KURIKULUM PAI BAGI SMALB C (TUNAGRAHITA)
DI SLB NEGERI SEMARANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan. Seperti yang terdapat dalam QS. Ashaad ayat 29 dimana manusia diperintahkan untuk mempelajari agama:
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran[1]
Pendidikan islam tidak hanya diberikan kepada anak yang mempunyai kelengkapan fisik saja, tapi juga diberikan kepada anak yang mempunyai kelainan dan kekurangan fisik atau mental, karena manusia mempunyai hak yang sama di hadapan Allah SWT. Dalam QS. An Nuur ayat 61:
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan bersama-sama mereka……….[2]
Pasal 5 ayat (2) juga disebutkan bahwa “Setiap warga yang memiliki kelainan fisik, mental, sosial, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.[3] Dengan kata lain perkembangan manusia ada yang wajar atau normal dan ada pula yang perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental dan jasmani. Sehingga dalam permasalahan pendidikan, tidak ada perbedaan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak yang mengalami kecacatan fisik, seperti anak yang mengalami kelemahan mental atau sering disebut Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi, terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca.[4] Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Selain itu, juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Keterbatasan lain yang dimiliki anak tunagrahita yaitu kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan yang benar dan yang salah.
Dalam ajaran Islam setiap manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Kewajiban beribadah ini diwajibkan kepada manusia yang dalam keadaan sadar, artinya mampu menggunakan akal dan hatinya untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Begitu pula pada anak tunagrahita, mereka tetap diwajibkan beribadah kepada Allah selagi dalam keadaan sadar dan tentunya disesuaikan dengan perkembangan mereka.
Pendidikan agama islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana Zakiyah Daradjat mengemukakan bahwa: pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan yang dilalui sejak kecil.[5] Dengan harapan mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah.
Pendidikan yang diberikan kepada anak tunagrahita berbeda dengan anak yang normal. Perbedaan ini bukan pada materi pokoknya melainkan pada segi luasnya dan pengembangan materi pendidikan agama yang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Para penyandang tunagrahita tidaklah mudah untuk dididik ajaran agama Islam, Karena kekurangan dan kelemahan mereka dalam menangkap pelajaran agama serta tingkah laku yang berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Berdasarkan informasi tanggal 16 November 2007, Bandar Lampung (ANTARA News) – mengemukakan bahwa jumlah tunagrahita atau cacat mental di Indonesia cukup tinggi, mencapai 6,6 juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa.[6] Sementara itu Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, dalam sambutannya mengatakan di Propinsi Lampung, pada tahun 2006, jumlah siswa cacat mental yang tercatat di 12 sekolah luar biasa (SLB) daerah setempat sebanyak 705 orang.[7] Padahal jumlah itu belum termasuk yang belum disekolahkan di SLB sehingga diperkirakan masih banyak penderita cacat mental di Lampung. Jadi jumlah tunagrahita sangat banyak dan anak-anak tersebut membutuhkan pendidikan khususnya agama agar dapat hidup berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya.
Kurikulum dan program pengajaran merupakan salah satu komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik oleh manajemen sekolah. Menurut E. Mulyasa dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi, bahwa komponen-komponen sekolah ada 7, yaitu (1). Kurikulum dan program pengajaran, (2). Tenaga kependidikan, (3). Ke peserta didik, (4). Keuangan, (5). Sarana dan prasarana pendidikan, (6). Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, dan (7). Manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.[8] Disamping itu kurikulum juga berfungsi untuk menjabarkan idealisme, cita-cita pendidikan ke dalam langkah-langkah nyata yang akan menjadi pedoman untuk melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. Jika demikian, maka kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis karena menghubungkan idealisme pendidikan di satu sisi dan praktek pendidikan disisi lain.[9] Kurikulum sebagai input pendidikan yang diberlakukan bagi peserta didik harus mampu meng-cover masa yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik itu sendiri, baik kaitannya dengan posisi sebagai makhluk individu maupun sosial.
Sehingga kurikulum yang digunakan tunagrahita adalah kurikulum sekolah reguler (kurikulum nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap: alokasi waktu, isi/materi kurikulum, proses belajar-mengajar, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas.[10] Dengan ini, maka diharapkan mereka akan mendapatkan sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan anak guna melengkapi bekal hidup.[11]
Mengingat kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi dan juga keterbatasan lainnya, dan juga pentingnya pendidikan agama bagi umat. Maka pelaksanaan kurikulum PAI di SLB harus berjalan sesuai dengan tujuan, sehingga pengetahuan yang diterima setiap anak tidak berbeda dengan anak-anak normal maka, diperlukan pelaksanaan manajemen kurikulum yang matang. Karena manajemen merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Maka penulis tertarik untuk mengkaji pelaksanaan manajemen yang ditetapkan di SLB NEGERI SEMARANG. Karena SLB Negeri Semarang merupakan satu-satunya SLB Negeri yang ada di Semarang dan mengkhususkan mendidik anak tunagrahita dengan kategori debil dan embisil.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mempermudah dalam memahami permasalahan, penulis membuat rangkaian dan batasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif pembelajaran SLB Negeri Semarang?
2. Bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum PAI SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
Dengan melihat rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisa kondisi objektif SLB Negeri Semarang.
2. Mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan manajemen kurikulum PAI SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang.
2. Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan oleh peneliti agar bermanfaat lebih lanjut diantaranya:
1. Sebagai bahan informasi terhadap SLB N Semarang dalam memanaj kurikulum.
2. Sebagai bahan informasi terhadap lembaga-lembaga lain, tentang pelaksanaan manajemen kurikulum.
3. Menambah ilmu pengetahuan tentang manajemen, khususnya manajemen dalam pelaksanaan kurikulum.
D. PENEGASAN ISTILAH
Penegasan istilah dalam konteks penelitian ini dimaksud untuk menyamakan visi dan persepsi untuk menghindari kesalahpahaman. Oleh sebab itu diperlukan beberapa penjelasan tentang istilah-istilah dan pembatasan yang ada dalam judul skripsi ini.
Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan dari skripsi ini yang berjudul “Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Bagi SMALB C (tunagrahita) di SLB N Semarang” adalah sebagai berikut:
1. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris manage yang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.[12] Sedangkan menurut istilah seperti yang dilakukan Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[13] Dalam dunia pendidikan, manajemen lebih ditekankan kepada upaya untuk mempergunakan sumber daya seefektif dan seefisien mungkin.[14]
Jadi manajemen yang dimaksud disini adalah proses bagaimana perencanaan dibuat, pengorganisasian dilakukan, pelaksanaan dan pengawasan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin dalam dunia pendidikan.
2. Kurikulum PAI
Kurikulum adalah semua kegiatan atau pengalaman belajar yang diperoleh anak didik di sekolah dibawah bimbingan sekolah.[15] Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata-kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.[16]
Sedang kurikulum PAI adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan secara sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Atau dengan kata lain kurikulum PAI adalah semua pengetahuan, aktifitas, atau kegiatan-kegiatan dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.[17]
3. Tunagrahita
Tunagrahita memiliki arti menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.[18]
4. SLB Negeri Semarang
SLB Negeri Semarang merupakan lembaga pendidikan formal yang khusus mendidik anak-anak yang mempunyai kelainan/abnormal dan merupakan SLB negeri satu-satunya yang ada di kota Semarang. Dan digunakan peneliti sebagai obyek penelitian.
Berdasarkan pada penegasan istilah diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa maksud dari judul skripsi “Pelaksanaan Manajemen Kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang” adalah mengkaji dan menganalisis tentang pelaksanaan manajemen kurikulum PAI yang diberlakukan untuk anak tunagrahita di SLB Negeri Semarang.
E. TELAAH PUSTAKA
Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan judul penulis.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul ”Studi Tentang Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di SMA Unggulan Ponpes Nurul Islami Mijen Semarang” disusun oleh AH. Irfan membahas mengenai pelaksanaan manajemen kurikulum PAI yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kurikulum PAI sehingga diketahui kendala-kendalanya dan dicari solusinya.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Studi Pelaksanaan Kurikulum Di SMU TakhassusAl Qur’an Kalibeber Wonosobo” disusun oleh M. Taufik Windaryanto. Disini penulis mengungkapkan pentingnya pengembangan kurikulum dalam rangka peningkatan kualitas hidup untuk menjawab tantangan jaman.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Probematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Di SDLB RMP. Sosrokartono Jepara” disusun oleh Ukhtin Muthoharoh. Dalam penulisannya mengungkapkan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita serta perilakunya ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Penelitian ini merupakan penelaah kembali terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada, namun dalam skripsi ini lebih menekankan pada bagaimana sekolahan membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum PAI dan seorang guru melaksanakan proses kegiatan manajemen yang diterapkan pada anak abnormal sehingga pendidikan yang mereka peroleh sama dengan pendidikan yang diperoleh anak pada umumnya.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian. Peran metodologi sangat diperlukan untuk menghimpun data dalam penelitian. Dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan petunjuk bagaimana penelitian dilakukan.[19]Yang dimaksud dengan metodologi penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang sedang diselidiki[20]
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada maka bentuk penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka.
Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.[21]
Sementara itu penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.[22]
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.[23]
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian.[24] Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Adapun sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku, pengumpulan dokumentasi, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian, serta mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data, maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Wawancara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam.[25]
Metode ini digunakan untuk menggali data tentang profil sekolah dan pelaksanaan manajemen kurikulum PAI di SLB Negeri Semarang. Adapun sumber informasinya adalah:
1) Kepala sekolah SLB Negeri Semarang untuk mendapatkan informasi tentang SLB Negeri Semarang.
2) WAKA kurikulum untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan manajemen kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang.
3) Guru PAI untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan manajemen kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang.
4) Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam penulisan skripsi ini.
b. Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian kualitatif. Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan.[26] Dan dalam penelitian, metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.[27]
Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebahasaan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di SLB Negeri Semarang.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, maupun melalui dokumentasi.[28] Dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen., notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[29]
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data-data yang berupa catatan atau tulisan yang berkaitan dengan SLB Negeri Semarang.
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi susunan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang terpenting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.[30] Data yang terkumpul seperti catatan lapangan, gambar, dokumen, dan sebagaimana diorganisasikan, dikelola, dan setelah menemukan tema, kemudian diangkat menjadi substantif.
Setelah semua data terkumpul, maka penulis berusaha untuk dapat menjelaskan suatu objek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kajian tersebut.
Analisis data dilakukan secara induktif yakni berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan di analisis sehingga bisa dibuat satu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum.[31]
Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang.[32]
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : Merupakan Landasan Teori.
Terbagi menjadi tiga sub bab. Pertama: Tunagrahita yang meliputi (1). Pengertian, (2). Tingkat, dan (3). Bentuk Pembelajaran Bagi Tunagrahita. Kedua: Kurikulum PAI yang meliputi (1). Pengertian Kurikulum, (2). Pengertian Kurikulum PAI, (3). Ketiga: Manajemen Kurikulum yang meliputi (1). Pengertian Manajemen, (2). Fungsi Manajemen, (3). Manajemen Kurikulum PAI, (4). Proses Pelaksanaan Kegiatan Manajemen Kurikulum
BAB III : Berisi Laporan Hasil Penelitian.
Yaitu data penelitian tentang Pelaksanaan Manajemen Kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang. Bab ini terdiri dari dua sub bab. Pertama: Kondisi Umum SLB Negeri Semarang. Yang meliputi (1). Letak Geografis Dan Historis, (2). Visi, Misi Dan Tujuan, (3). Jumlah Personalia, Pegawai, dan Peserta Didik, (4). Keadaan Sarana Dan Prasarana, (5). Struktur Organisasi, (6). Sistem Administrasi, Manajemen, Dan Wewenangnya, Kedua: Pelaksanaan Manajemen Kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang yang meliputi (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Evaluasi dari pelaksanaan manajemen kurikulum.
BAB IV : Berisi analisis manajemen Pelaksanaan Kurikulum PAI Bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang.
Bab ini terdiri dari dua sub bab. Pertama: Pelaksanaan Manajemen Kurikulum PAI bagi SMALB C (Tunagrahita) di SLB Negeri Semarang. Kedua: Faktor penghambat dan Pendukung.
BAB V : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang meliputi: Kesimpulan, Saran-Saran, dan Penutup.

Semarang, 26 Juni 2008
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II


Fahrurrozi, M. Ag Dra. Hj. Nur Uhbiyati M. Pd
NIP. 150368384 NIP. 150170474


DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revis, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Panduan Kegiatan EkstrakurikulerPendidikan Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama, 2005.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1995.
Hasan, M., Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Gholia Indonesia, 2002.
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1992.
Madjid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 2000.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bangdung: Rosda Karya, 2004.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosda Karya, 2004.
Muslam, Pengembangan Kurikulum PAI, Teoritis &Praktis, Semarang: PKPI2, 2003.
Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Aditya, 1991.
UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003.
Rosyadi, Akhoiron, Pendidikan Profentik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Sudjana Nana, & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Suparyogo, Imam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Sutjihati, T., Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.
Al Qur’an dan Tarjamah, Semarang: CV. Alwaah, 1995.
[1] Al Qur’an dan Tarjamah, (Semarang: CV. Alwaah, 1995), hlm. 736.
[2] Ibid., hlm. 555.
[3] UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, hlm. 7.
[4] T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar BIasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm. 103.
[5] Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 68.
[6] http://www.antara.co.id/arc/2007/11/16/tunagrahita-di-indonesia-capai-6-6-juta-orang/.
[7] Ibid.
[8] Ibid., hlm. 39.
[9] Muslam, Pengembangan Kurikulum PAI, Teoritis & Praktis, (Semarang: PKPI2, 2003), hlm. 35.
[10] http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=55.
[11] Akhoiron Rosyadi. Pendidikan Profentik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 246.
[12] John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 372.
[13] T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1995), hlm. 21.
[14] Soebagio Admodinata, Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ardya Jaya, 2000), hlm. 228.
[15] Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya, 1991), hlm. 9.
[16] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 30.
[17] Muslam, op. cit., hlm. 39.
[18] T. Sutjihati Somantri, op. cit., hlm. 103.
[19] Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 16.
[20] Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 39.
[21] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bangdung: Rosda Karya, 2004), Cet.xx, hlm. 85.
[22] Ibid., hlm. 17.
[23] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 91.
[24] Ibid.
[25] M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasiny, (Jakarta: Gholia Indonesia, 2002), hlm. 85.
[26] Imam Suparyogo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 167.
[27] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hlm. 158.
[28] M. Iqbal Hasan, op. cit., hlm. 87.
[29] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 135.
[30] Lexy J. Moleong, op. cit., hlm.248.
[31] Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), cet. 32, hlm. 42.
[32] Nana Sudjana dan Ibrohim, op. cit., hlm. 64.